Mphnews – Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau dan bukit, tinggal seorang anak bernama Budi. Budi adalah anak yang ceria dan penuh semangat, meskipun usianya masih belia, ia memiliki mimpi besar: ingin menjadi calon bupati (cabup) di desa itu. Setiap sore, Budi sering duduk di bawah pohon mangga, membayangkan bagaimana rasanya memimpin desanya dan membuat perubahan yang baik.
Suatu hari, saat bermain dengan teman-temannya, Budi berteriak, “Aku akan jadi bupati!” Teman-temannya tertawa, tidak percaya dengan ucapan Budi. “Kamu masih kecil, Budi! Apa kamu tahu apa itu jadi bupati?” salah satu temannya bertanya. Namun, Budi hanya tersenyum dan menjawab, “Aku bisa belajar!”
Dengan tekad yang menggebu, Budi mulai melakukan berbagai hal. Ia mengajak teman-temannya untuk berkumpul dan berdiskusi tentang masalah yang ada di desa mereka. Mereka berbicara tentang jalan rusak, kurangnya fasilitas pendidikan, dan kebutuhan air bersih. Budi mencoba mendengarkan semua pendapat, meski kadang-kadang ia merasa bingung dengan istilah-istilah yang mereka gunakan.
Budi tidak memiliki banyak uang, bahkan untuk membeli buku atau alat tulis. Namun, ia tak pernah menyerah. Ia pergi ke perpustakaan desa dan meminjam buku-buku tentang kepemimpinan dan pengelolaan desa. Ia juga sering mendengarkan cerita dari orang-orang tua di desanya, menyerap pengalaman dan kebijaksanaan mereka.
Suatu hari, Budi memutuskan untuk mengadakan pertemuan di balai desa. Ia mengundang warga untuk membicarakan harapan dan impian mereka. “Saya ingin mendengar suara kalian! Apa yang bisa kita lakukan untuk membuat desa kita lebih baik?” seru Budi dengan semangat. Meskipun banyak yang skeptis, perlahan-lahan warga mulai berdatangan.
Pertemuan itu berlangsung seru. Warga mengungkapkan keluhan dan harapan mereka, dan Budi mencatat semuanya dengan tekun. Ia merasa senang bisa menjadi jembatan antara warga dan harapan mereka. Meski Budi tidak memiliki pengalaman atau dana untuk kampanye,
Namun, saat hari pemilihan mendekat, Budi mulai merasa ragu. Ia mendengar bisikan di antara orang dewasa, membicarakan calon-calon yang lebih mapan dan memiliki uang banyak. “Apa mungkin aku bisa bersaing?” pikirnya.
Hari pemilihan tiba. Dengan baju terbaik yang ia miliki dan secarik kertas berisi visi misi yang ia buat sendiri, Budi berdiri di depan warga. “Saya mungkin bukan orang terkaya di sini, tapi saya berjanji akan mendengarkan kalian dan berjuang untuk desa kita!” serunya dengan penuh semangat.
Hasil pemilihan pun diumumkan. Budi tidak memenangkan kursi bupati.
Setelah pemilihan, Budi terus beraktivitas di desanya. Ia membantu mengorganisir kegiatan bersih-bersih, menggalang dana untuk perbaikan jalan, dan mendukung teman-temannya dalam belajar. Mimpinya untuk menjadi bupati mungkin tidak terwujud.(gn29)
Cerita diatas hanya diisi, celotehan orang pinggiran