Mphnews – Hasil temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) tentang penggunaan media sosial, khususnya platform X (sebelumnya Twitter), dalam konteks politik menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024. Temuan-temuan utama dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Platform X (Twitter) Masih Relevan dalam Diskursus Politik:
Dalam penelitian ini, platform X masih dianggap relevan dalam diskursus politik dibandingkan dengan Instagram dan TikTok yang lebih fokus pada hiburan dan visual.
Data-data dari bulan Juli hingga Agustus 2023 menunjukkan bahwa platform X tetap menjadi tempat utama untuk berdiskusi tentang Pemilu Presiden 2024, calon presiden, dan isu politik terkini.
Adanya Pasukan Siber (Cyber Troop):
Penelitian mengungkap adanya indikasi pergerakan ‘pasukan siber’ atau cyber troop yang mendukung berbagai calon presiden yang diamati dalam penelitian ini.
Terdapat banyak postingan duplikat dari satu akun pengguna X yang terkait dengan Pemilu 2024, calon presiden, dan partai politik.
Sentimen Negatif Terhadap Presiden Jokowi:
Analisis menunjukkan bahwa terdapat tingkat sentimen negatif yang signifikan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam percakapan di platform X.
Kata ‘Jokowi’ muncul sebagai kata yang dominan dalam konteks sentimen negatif, dan terdapat kata-kata terkait ‘cawe-cawe jokowi,’ ‘cawe-cawe capres,’ dan lainnya.
Postingan Negatif Terhadap Prabowo:
Prabowo Subianto, calon presiden dari Gerindra, menjadi sosok yang paling banyak disebut dalam cuitan dan komentar di platform X.
Sebuah akun X membuat 101 cuitan yang menyudutkan Prabowo, yang berbeda dari biasanya yang biasanya mendukung.
Ganjar Pranowo Paling Sering Dibicarakan:
Ganjar Pranowo, calon presiden dari PDIP, mendapatkan jumlah mention dan reply paling banyak di platform X, diikuti oleh Anies Baswedan.
Kluster audiens Anies Baswedan menunjukkan tingkat interaksi tertinggi dalam postingan dan komentar di media sosial X.
Rekomendasi dari CfDS:
CfDS merekomendasikan peningkatan literasi digital dan pemantauan aktif terhadap konten politik di media sosial.
Pemerintah dan platform media sosial diharapkan untuk lebih proaktif dalam menindak konten-konten yang bersifat disinformasi.
Masyarakat juga diimbau untuk menjadi lebih kritis dan skeptis terhadap isu-isu yang muncul secara tiba-tiba dan terstruktur, sebagai langkah untuk mengurangi penggunaan cyber troops dalam kampanye politik.
Penelitian ini menyoroti peran penting media sosial dalam Pemilu 2024 dan perluasan penggunaan pasukan siber serta sentimen negatif dalam diskusi politik online. Dalam menghadapi hal ini, literasi digital dan kehati-hatian dalam menerima informasi di media sosial menjadi kunci.