Mphnews – Tiongkok, raksasa ekonomi yang selama dekade terakhir menjadi mesin pertumbuhan global, kini tengah terpuruk dalam bayangan ketidakpastian ekonomi.
Angka-angka pertumbuhan yang kian menciut menandakan sebuah era baru ketegangan struktural yang berpotensi mengguncang tatanan ekonomi dunia.
Rentetan masalah dimulai dari trauma COVID-19 yang meninggalkan bekas luka mendalam.
Gambaran ketidakseimbangan ekonomi Tiongkok kian nyata. Ekspor mereka masih bertahan dengan pertumbuhan 40% sejak 2018, namun impor justru menunjukkan tren penurunan.
Bagi Indonesia dan negara-negara ASEAN, situasi ini bagaikan api dalam sekam. Tidak kurang dari 60% ekspor kawasan ini bergantung pada Tiongkok – sebuah ketergantungan yang kini mulai memperlihatkan celah rapuhnya.
Fenomena relokasi pabrik-pabrik Tiongkok ke kawasan ASEAN tampak menggiurkan.
Kebijakan satu anak di Tiongkok yang berlaku telah menciptakan ledakan demografi berupa populasi menua. Angkatan kerja produktif kian menyusut, sementara beban sosial dan ekonomi bertambah berat.
Pemerintah Indonesia dituntut untuk tidak sekadar menjadi penonton. Dibutuhkan strategi cerdas untuk mengantisipasi guncangan ekonomi global. Diversifikasi ekonomi, penguatan industri dalam negeri, dan pengembangan kerja sama multilateral menjadi kata kunci.
Dinamika ekonomi global selalu penuh kejutan. Tiongkok yang kini tampak terpuruk, bisa jadi sedang mempersiapkan transformasi besar yang tak terduga.