Mphnews – Dunia tengah berdiri di persimpangan berbahaya. Setelah bertahun-tahun berjuang keluar dari pandemi dan krisis energi, kini bayang-bayang ancaman baru muncul dari arah yang berbeda: ketidakpastian geopolitik global.
Tak hanya perang dan sanksi, ketidakpastian ini juga muncul dari rivalitas teknologi antara Amerika Serikat dan Cina, polarisasi politik di berbagai negara, serta tekanan inflasi dan energi yang belum mereda. Kombinasi faktor-faktor itu membuat banyak pemerintah dan investor menahan langkah, menunda investasi, dan memperlambat konsumsi.
Eropa kini terbebani oleh biaya energi dan pengeluaran militer yang meningkat, sementara Asia Tenggara terjebak di antara persaingan dua kekuatan besar dunia: Amerika Serikat dan Cina. Di Afrika dan Amerika Latin, gangguan pasokan pangan menimbulkan krisis baru yang berpotensi memicu ketidakstabilan sosial.
Blok pertama dipimpin oleh Amerika Serikat dan sekutunya; blok kedua oleh Cina, Rusia, dan aliansinya; sementara blok ketiga — yang netral terdiri dari negara-negara Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin.
Jika tren ini terus mendalam, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global dapat tergerus hingga 7 persen dalam satu dekade.
Namun, peluang besar itu datang bersama risiko tinggi. Fluktuasi harga energi dan komoditas, tekanan geopolitik, hingga gangguan rantai pasok global menjadi tantangan nyata yang harus dihadapi dengan kebijakan ekonomi yang cermat dan diplomasi aktif.
Menurut IMF, negara-negara menengah seperti Indonesia perlu beradaptasi cepat, memperkuat ketahanan ekonomi domestik, dan menjaga keseimbangan hubungan dengan kekuatan global agar tidak terseret arus rivalitas geopolitik.
IMF mengajukan lima langkah strategis bagi negara-negara yang ingin bertahan bahkan memanfaatkan krisis ini sebagai peluang:
- Diversifikasi ekonomi dan energi.
Kurangi ketergantungan pada satu komoditas atau sumber energi. Perkuat sektor industri dan ekspor nonmigas untuk menyeimbangkan neraca perdagangan.
- Diplomasi aktif dan netral.
- Kesiapan menghadapi krisis.
Siapkan cadangan pangan, energi, dan keuangan. Tingkatkan kemampuan analisis geopolitik untuk memprediksi potensi risiko global.
- Kolaborasi regional dan global.
Perkuat kerja sama dengan ASEAN dan lembaga internasional, ciptakan aliansi ekonomi tanpa memihak secara eksklusif.
- Literasi publik dan transparansi kebijakan.
Edukasi masyarakat tentang dampak geopolitik terhadap ekonomi domestik dan pastikan kebijakan publik dijalankan secara terbuka untuk menjaga kepercayaan investor.
Peringatan IMF ini bukan sekadar alarm statistik. Ketidakpastian geopolitik kini menyentuh aspek paling mendasar dari kehidupan manusia — harga bahan pokok, pekerjaan, dan kesejahteraan. Dunia, kata IMF, sedang menghadapi ujian terbesar sejak krisis keuangan global 2008.
Namun, di tengah ancaman ini, Indonesia memiliki peluang besar untuk tampil sebagai contoh negara menengah yang tangguh dan adaptif.












